Beastudi Indonesia Preparatory School Batch 4,
(Week 1) Beastudi Indonesia Preparatory School Batch 4 : Highest Score
“What is the maximum score you can achieve in IELTS?”,
adalah pertanyaan tricky dari seorang
pengajar english tua di program BIPS Batch 4 ini. Dengan pronunciation
british english nya sambil matanya berputar-putar mirip seperti mata
bunglon. Rafiq Mahmud namanya. Kami ‘dipaksa’ olehnya untuk memanggilnya dengan
nama panggilan ‘bung Rafiq’. Pertama kali kami bertemu dengannya, kami juga
terkejut lantaran si bung ternyata adalah seorang lelaki tua dengan perawakan
asli British pada umumnya. Dia bukan keturunan India yang sudah lama menetap di
Inggris turun-temurun. Warna kulitnya bahkan tidak coklat, apalagi gelap pekat.
Kalau Anda kebetulan kenal dengan Rowan Atkinson si ‘Mr. Bean’, maka bayangkan
saja bung Rafiq adalah versi tua dari Mr.Bean. Bahkan ekspresinya pun sangat
mirip dengan tokoh televisi Inggris yang sering kita lihat melakukan
tindakan-tindakan konyol itu.
So, tentu saja kami menjawab angka 9 (sembilan) untuk pertanyaan itu ketika
bung Rafiq menanyakan kami satu per satu. Tentu saja. Karena memang maksimal
skor IELTS itu adalah 9. Tapi bung Rafiq menggeleng sebanyak sebelas kali
sesuai jumlah peserta BIPS Batch 4 ini. Jawabannya salah.
“The maximum score you can achieve is to be able commuciate and speaking
fluently in English with accent and to be able read and writing for academic
purpose”.
Sudah hampir seminggu aku berada di Zona Madina Dompet Dhuafa, Parung, Bogor.
Selama itu pula aku terus mencari jawaban mengapa aku dulu iseng mendaftar
program ini. Untuk tujuan yang sejalan dengan visi Dompet Dhuafa, aku sudah
mendapatkannya di hari pertama ketika pembukaan acara. Namun, rasa-rasanya
untuk tujuan yang sejalan dengan visi IELTS, justru aku mendapatkan jawabannya
dari pertanyaan bung Rafiq diatas tadi.
“Bahwa maksimal skor yang bisa didapatkan dari belajar IELTS adalah mampu
berkomunikasi dan berbicara lancar dalam bahasa inggris serta mampu membaca dan
menulis untuk tujuan akademik"
Done.
Disaat itu juga aku tertohok dengan nilai filosofis yang hendak disampaikan
oleh Rafiq. Selama 11 tahun sejak kelas 1 SMP di MTsS Jeumala Amal dulu,
ternyata aku telah salah kaprah dalam belajar bahasa inggris. Balajar bahasa
inggris untuk mendapatkan nilai bagus. Belajar bahasa inggris untuk mendapatkan
band score yang bagus untuk digunakan dalam mendaftar ke universitas tujuan yang
diimpikan. Lalu meraih gelar master, menikah dengan high-class girl,
mendapatkan sophisticated job dan hidup happily ever after forever.
Seharusnya
belajar bahasa inggris,sesuai dengan nilai filosofis bung Rafiq, adalah untuk
mempersiapkan diri berenang sebebas-bebasnya dalam lautan ilmu tanpa batas yang
tidak bisa kita pungkiri hanya sangat mungkin di akses dengan kemampuan bahasa
inggris yang mumpuni. Itu adalah tujuan utamanya. Sementara yang lain hanyalah
letupan-letupan manis yang dikecap sebentar dan nantinya akan hilang lagi.
Guru-Guru Hebat
Guru-Guru Hebat
Anyway,
seminggu terakhir berada di Bogor bertemu dengan orang-orang baru benar-benar
membuatku kembali berpikir : nikmat tuhan mana lagi yang ingin kau dustakan.
Tapi, sebagai individu yang mengidap introvert stadium 4, bertemu dengan banyak
warna sekaligus benar-benar membuatku kewalahan pada awalnya. Seiring
berjalannya waktu, dengan bantuan dan kehangatan yang ditunjukkan oleh
teman-teman lainnya, akhirnya aku pun bisa cair dan berani menunjukkan warna
asliku juga. Terima kasih teman-teman.
Guru
pertama yang kami temui dari tim The Brighton adalah ms. Zizi, a lovely lady
yet a very bossy and sometimes menakutkan serta berbicara sangat cepat sekali.
Kelasnya adalah kelas yang paling hidup dan paling banyak menghasilkan tawa
berderai-derai di ruangan. Dia selalu membawa sekotak penuh berisi permen yang
akan dibagikan berdasarkan grup-grup terbaik di setiap tugas.
Guru kedua
adalah Simon, seorang ‘imported speaker’, kata ms.Zizi sebagai ganti dari terma
yang sering kita sematkan kepada mereka : native speaker. Pertama kali bertemu
dengannya di ruang Audio Visual Pusat Sumber Belajar Sekolah Smart Ekselensia
Dompet Dhuafa, kesan pertamaku adalah seperti melihat seorang hipster.
Kami sempat meragukan Simon pada awalnya karena setiap pertanyaan kritis yang
kami lontarkan selalu dijawab dengan dia berpikir lama dan diakhiri dengan ‘i
dont know’ darinya. Ditambah lagi penampilannya yang urakan. Rambutnya yang
pirang panjang dan tubuh yang kurus tapi tinggi serta celana jeans usang
ditambah baju kemeja yang tampaknya kebesaran menambah kesan yang sangat kuat
bahwa Simon adalah seorang ekspatriat pelarian yang mencari
nafkah di Indonesia lantaran biaya hidup di London mahal. Dan benar adanya.
Sesuai dengan curhatannya di malam itu, dia memang berasal dari Bristol, sebuah
daerah yang tidak jauh dari London. Disana biaya hidupnya mahal.
Tapi Simon
baru menunjukkan kapasitasnya saat kami belajar di ruang komputer di bagian
depan komplek Dompet Dhuafa. Dia mengerti akan struktur kalimat yang benar
serta penggunaan vocabulary yang tepat dalam kalimat. After all, Simon is good
lah.
Guru yang
best of the best dalam pelatihan BIPS ini bernama Michael. Dari segi
penampilan, Michael adalah seorang yang sangat rapi dan selalu klimis. Michael
juga berperawakan tinggi seperti halnya orang Inggris pada umumnya.
Pronunciation nya jelas dan sering sekali membuat joke melalui cara bicaranya.
Misalnya memperpanjang huruf R menjadi rrrrrr. Atau melebih-lebihkan spelling
words nya semisal menekankan cara mengucapkan kata ‘the’ menjadi ‘thhhhhhe’,
‘three’ menjadi ‘thhhhhre’.
Namun yang
paling membuat kami kagum dari Michael adalah ketika Mike, nama panggilannya,
mengajar dia tidak pernah duduk. Selalu berdiri. Dari pukul 8 pagi saat
pelajaran dimulai sampai pukul 5 sore saat pelajaran selesai. Dia juga tidak
pernah minta izin ke toilet. Pelajaran yang dia ampu selalu selesai tepat satu
bab pada hari itu. Banyak sekali pelajaran yang kami dapatkan dari seorang
Mike.
Guru terakhir adalah ms. Ami. Beliau mendapat jadwal mengajar setiap hari jum'at. Seorang guru yang memiliki metode megajar yang sangat fun dan punya banyak permen serta kue untuk dibagikan kepada kami. Setelah capek belajar di kelas selama lima hari sebelumnya, hari jum'at terkadang menjadi hari yang dinanti karena bisa tetap belajar tapi sambil bermain.
Guru terakhir adalah ms. Ami. Beliau mendapat jadwal mengajar setiap hari jum'at. Seorang guru yang memiliki metode megajar yang sangat fun dan punya banyak permen serta kue untuk dibagikan kepada kami. Setelah capek belajar di kelas selama lima hari sebelumnya, hari jum'at terkadang menjadi hari yang dinanti karena bisa tetap belajar tapi sambil bermain.
Saat
tulisan ini ditulis, kami baru saja menyelesaikan Mock Test pertama. Selama ini
aku telah terbiasa dengan reading, listening dan writing. Tapi untuk speaking,
yang di interview oleh bung rafiq, aku masih harus banyak latihan berbicara
dengan Mike, bung Rafiq, Simon dan Ms. Zizi serta belajar melatih mental dengan
teman-teman yang lain. Speaking masih menjadi masalah terbesarku. Mungkin
karena aku masih belum terlalu menyerap nila filosofis dari nasehat bung Rafiq.
Tidak apa-apa kukira, karena masih ada empat minggu lagi dan ketika pelatihan
ini selesai aku akan mengenang ketidakmampuanku melalui tulisan ini.
Nice... zakiul..
ReplyDelete