MENYONGSONG GENERASI LANGIT BIRU KIDS JAMAN NOW
Guys¸ sadar gak sih kalo kota-kota di Indonesia
kualitas udaranya buruk bahkan merusak kesehatan? Lihat saja laporan dari
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di tahun 2016 yang menempatkan Jakarta dan
Bandung sebagai bagian dari sepuluh kota dengan pencemaran udara terburuk di
Asia Tenggara.
Makanya jangan
heran deh, banyak kids jaman now yang hidup di kota-kota
besar dengan mudah sekali terkena sakit kepala dan iritasi saluran pernapasan. Faktor
lain mungkin kebanyakan makan micin kali
ya. Hehe. Kalo dibiarkan lama-lama begini, bisa-bisa menyebabkan penyakit
kronis mulai dari kanker paru-paru, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK),
jantung, stroke, hingga kematian dini. Hiiiii,
serem!
Guess what! Tau gak siapa dalang utama dari pencemaran udara di lingkungan
kita? Eng Ing Eng .... Yap, benar
sekali! Tak lain dan tak bukan, sumber utamanya adalah komponen gas dan
partikel yang di hasilkan oleh kendaraan bermotor. Terus, solusinya bagaimana dong? Jangan naik sepeda motor dan mobil
lagi? Ide bagus sih, tapi itu
mustahil guys. Transportasi bermotor kan ibarat nyawa bagi masyarakat
Indonesia. So, mustahil menghilangkan
kebiasaan masyarakat Indonesia untuk naik motor dan mobil. Salah satu solusi
bertahap yang bisa dilakukan adalah dengan meminimalkan dampak buruk yang
dihasilkan oleh bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan bermotor tersebut.
Nah, itulah salah satu fungsi dari
perusahaan energi negara Indonesia yang bernama Pertamina. Om-om dan
tante-tante di perusahaan ini capek mikirin
gimana caranya meningkatkan mobilitas
kids jaman now yang super kreatif semakin
tinggi, namun kualitas udara di kota kita juga semakin membaik. Sudah pada tau belum kalo upaya ini sedang dilaksanakan? Kalo belum, ayo kita simak bersama-sama.
PLBC
Ketika kamu datang
ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), perhatiin gak sih kalo
kamu sebenarnya diberikan beberapa pilihan mau membeli Bahan Bakar Minyak (BBM)
yang mana? Mulai dari yang murah sampai yang mahal. Bahkan, masyarakat diberi
kebebasan untuk memilih SPBU yang variatif pula, baik kepunyaan negeri sendiri
maupun SPBU dari perusahaan negara lain, dengan variasi harga yang berbeda
pula. Kok beda-beda ya? Jawabannya adalah
karena setiap BBM yang ditawarkan tersebut memiliki tingkat oktan yang
berbeda-beda.
Oktan sendiri
adalah senyawa kimia yang menentukan kualitas sebuah tipe bahan bakar (bensin).
Semakin tinggi angka oktan suatu jenis BBM, semakin baik bagi mesin kendaraan dan
semakin kecil pula dampak buruk yang dikeluarkan melalui sistem pembuangan kendaraan
bagi lingkungan. Nilai oktan sebuah BBM disebut RON (Research Octane Number). Lazimnya
masyarakat mengetahui BBM jenis premium (RON 88), pertalite (RON 90), pertamax
(RON 92) dan pertamax plus (95). Oh iya, satu
lagi : semakin tinggi nilai oktan suatu jenis BBM, berimbas pada semakin tinggi
pula harganya. Hehe.
Sayangnya,
tidak semudah itu membuat BBM ber oktan tinggi (HOMC). Konsumsi BBM yang banyak
digunakan oleh masyarakat selama ini adalah BBM premium. Namun, kualitas BBM
premium ini sudah ketinggalan zaman serta tidak ramah lingkungan. Pemerintah
sendiri melalui Pertamina sebenarnya mampu memproduksi BBM berkualitas seperti
pertamax. Namun sayangnya, kilang-kilang Pertamina di seluruh negeri belum bisa
memenuhi permintaan pasar dalam negeri. Belum lagi mengingat laju konsumsi
rata-rata BBM nasional terus meningkat sebesar 4% per tahun maka jadilah sebagian
dari permintaan BBM pertamax ini harus diimpor dari luar negeri. Kalo sudah diimpor, ya jelas menelan dana yang sangat banyak. Sayang banget, padahal Indonesia adalah negeri kolam
susu yang tenggelam dalam sumber energi, eh
kok masih harus menggantungkan kedaulatan
energinya pada bangsa lain. Ugh... Geram
banget kan.
Tapi don’t worry lagi, be happy lah, karena Pertamina telah mengupayakan kualitas udara
kita menjadi lebih baik yang diproyeksikan melalui Proyek Langit Biru Cilacap
(PLBC). Proyek pertamina ini bertujuan untuk mengupdate kualitas BBM kita dengan cara memproduksi bensin dengan
nilai oktan yang tinggi sehingga lingkungan Indonesia semakin baik. PLBC
sendiri diproyeksikan dapat meningkatkan BBM beroktan tinggi berkualitas setara
EURO IV, standar emisi Uni Eropa. Dengan demikian, devisa negara yang terbakar
percuma untuk membeli BBM impor, dapat dipergunakan untuk sektor lain, misalkan
memberikan beasiswa kepada blogger-blogger
kere seperti saya. hehe
Untk menjaga
visi Pertamina sebagai World Clas Energy
Company, PLBC juga mempunyai peran penting karena menjadi salah satu mata
rantai bisnis hilir Pertamina. PLBC diproyeksikan akan mampu menambah produksi
BBM yang sebelumnya hanya 41 juta KL menjadi 66,7 KL setiap tahunnya. Pun
begitu, PLBC tidak serta merta mampu menghilangkan kebutuhan impor BBM ber
oktan tinggi (HOMC). Oleh karenanya, diversifikasi pemakaian bensin masih
diperlukan yaitu dengan cara meningkatkan pemakaian BBG oleh
masyarakat/kendaraan umum.
Kesehatan versus Keuangan
Well, pada akhirnya kita sebagai
generasi kids jaman now harus sadar
bahwa selain micin, ternyata ada banyak
hal lain yang bisa membuat kita mati mendadak. Salah satunya adalah udara yang
kita hirup ini. Jujur aja, kita
memang lebih memilih produk-produk murah bahkan gratis sekalipun. Tapi, apa
salahnya mengeluarkan dana lebih besar untuk memiliki produk yang ramah
lingkungan dan pada akhirnya tidak membahayakan kesehatan. Begitu juga dengan
pemerintah melalui Pertamina nya, produksilah BBM yang berkualitas meskipun menelan
banyak dana. Toh kalo udah sakit, tentu dana yang dikeluarkan
lebih banyak kan? Mikir! (Kalo kata Cak Lontong). Salam lemper.
0 comments: