MENJADI TUAN RUMAH di PASAR DIGITAL SENDIRI
Saya
punya seorang kawan lama di SMP, Rido namanya. Dulu, Rido sama seperti saya :
kurus, legam, pendek, pokoknya jika di tawarkan main film nominasi oscar 2017
“LION”, sudah tentu pasti Rido akan direkrut tanpa harus casting karena tampilannya yang membuat orang terenyuh dan rela
mengantri tiket untuk menonton dia bermain peran menyedihkan. 10 tahun berlalu,
kami sama-sama telah berubah : gemukan, kulit sedikit lebih eksotis dan tinggi.
Namun yang membedakan setiap pertemuan Rido selalu terlambat dengan beralasan
sibuk mengirimkan barang dagangannya berupa batu giok Aceh ke luar negeri.
“Kemana?”,
tanya saya padanya. Filipina, Malaysia, Vietnam dan Thailand jawabnya. Saya
bingung. Selama ini tidak pernah saya melihat Rido pernah keluar dari orbit nya
: Banda Aceh – Sigli, bolak-balik antara ibukota dan desanya. Dengan senyum
sumringah yang selalu menghiasi wajahnya akhir-akhir ini, telunjuknya mengarah
pada Apple Mac nya yang baru. Saya kira dia hanya pamer saja, karena saya juga
sudah lama memakai produk yang sama. Tapi ternyata yang dia pamerkan adalah
kemampuannya memaksimalkan kekuatan internet untuk berdagang, dibandingkan saya
yang selalu duduk di warung kopi Ulee Kareng hanya untuk bermain game online atau sibuk mengawasi hidup
orang lain di sosial media.
# # #
Tidak dapat dipungkiri, konotasi
‘teknologi’ di benua Asia erat hubungannya dengan Jepang, Korea Selatan,
Taiwan, China hingga India. Negara-negara ini telah berhasil menonjolkan diri
di panggung dunia melalui inovasi di bidang perangkat keras hingga menghasilkan
sosok-sosok seperti Sundar Pichai, Satya Nadella hingga Jack Ma. Namun, di
sudut panggung itu, sebuah tirai perlahan tapi pasti mulai menyingkap pemain
baru. Anak muda seperti Rido lah yang menurut riset Temasek bekerjasama dengan
Google berkesimpulan bahwa Asia Tenggara merupakan masa depan internet dunia.
Merujuk
pada penelitian tersebut, kawasan yang secara geografis mencakup 11 negara ini
memiliki potensi ekonomi digital sebesar 200 milyar dolar Amerika. Angka ini merupakan
potensi per tahun yang akan terus tumbuh dalam kurun 10 tahun mendatang. Daya
ledak ekonomi digital ini ditopang oleh pertumbuhan kecepatan internet kawasan
yang mencetak rekor sebagai yang tercepat di dunia. Ditambah lagi 260 juta
pengguna internet aktif yang diprediksi akan menyentuh angka 480 juta pengguna
aktif pada tahun 2020, menjadikan regional dengan penduduk 650 juta jiwa ini
menjadi pasar digital terbesar ke-4 di dunia.
Alasan
utama mengapa wilayah yang memiliki perhimpunan bernama ASEAN ini akan menjadi
kekuatan ekonomi digital dunia sampai beberapa dekade mendatang adalah
meroketnya pertumbuhan populasi anak muda berumur 40 tahun kebawah yaitu
sebesar 70 persen. Populasi muda ini juga lahir dari masyarakat kelas menengah
yang Produk Domestik Bruto nya diprediksi meningkat 5,3 persen dalam 10 tahun
mendatang. Ternyata, disinilah tempat bermain Rido yakni di pasar digital Asia
Tenggara yang akan menjadi masa depan internet dunia. Lalu pertanyaannya, dimana
posisi Indonesia?
# # #
Pada tahun 2006, pengguna
internet Indonesia hanya 10 juta saja. 10 tahun kemudian, merunut data statistik dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII), angka ini meningkat tajam mencapai 132,7 juta pengguna
internet aktif yang menyebabkan Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan
pasar digital tercepat di dunia. Belum lagi ditambah konsumerisme kelas
menengah Indonesia yang cenderung aktif memiliki perangkat teknologi, membuat 250
juta penduduk Indonesia yang terbesar di Asia Tenggara dan keempat terbesar di
dunia, menjadi seksi di mata pelaku industri digital dunia. Bayangkan saja, dikutip
dari GSMAintelligence.com,
pengguna kartu SIM (Subscriber Identity Module) Indonesia mencapai 339,9 juta
pengguna, melebihi populasi negara ini sendiri. Ini menandakan, setiap pengguna
telepon genggam di Indonesia rata-rata memiliki lebih dari satu kartu SIM atau
bahkan lebih dari satu telepon genggam.
Satu
hal lain yang membuat pasar digital Indonesia menggairahkan adalah pasar
e-dagang yang sangat besar. Pada tahun 2025, negara-negara di kawasan Asia
Tenggara akan memiliki pasar digital lebih dari 5 miliar dolar Amerika. Namun
khusus untuk Indonesia pasar e-digital diproyeksikan akan menyentuh angka 46
miliar dolar amerika, meliputi 52 persen dari seluruh pasar digital di Asia
Tenggara.
Hal
ini tidak mengejutkan lantaran saat ini saja data statistik Indonesia mencatatkan diri
sebagai negara dengan pertumbuhan pembeli digital melalui telepon genggam terbesar
di dunia dengan pertumbuhan sebesar 155 persen. Penyebabnya, selain karena
pertumbuhan ekonomi kelas menengah, berbanding lurus dengan akses internet yang
melesat juga karena perkembangan kota menengah ke bawah yang berpopulasi 500
ribu hingga 1 juta jiwa dimana masyarakatnya susah mendapatkan akses ke toko
ritel terorganisir.
# # #
Rido
adalah anak muda generasi milennial dengan
segala tantangannya yang hidup di Aceh, daerah dengan tingkat pengangguran
tertinggi di Indonesia. Namun, dengan akses internet yang semakin cepat dan pasar
yang mendukung, sekat-sekat seperti batas daerah, negara dan kungkungan permasalahan
ekonomi terbuka luas baginya. Inilah yang disebut dengan Revolusi Industri 4.0,
dimana orang bisa mendapatkan kepuasan finansial dengan mudah tanpa dibatasi
oleh entitas apapun.
Tidak
hanya Rido yang mendapat keuntungan dari melejitnya pasar digital kita ini.
Indonesia sendiri secara khusus dan Asia Tenggara secara umum juga berhutang
budi bagi orang-orang seperti Rido yang memiliki pola pikir ekonomi baru ini.
Ini dikarenakan aktivitas ekonomi baru ini telah menjadi penggerak utama pertumbuhan
ekonomi Indonesia dan kawasan, berperan melekaskan perkembangan ekonomi, meningkatkan
produktivitas dari sebuah industri, mengolah pasar dan industri yang baru,
serta menggapai pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.
Namun,
untuk dapat bersaing dan bertahan di era ini, Rido harus paham satu kata kunci
yang selama ini luput dari keseriusan bangsa Indonesia : inovasi. Dikutip dari katadata.co.id,
secara global kemampuan inovasi Indonesia berada di peringkat ke 32, masih
selalu saja kalah dengan negara tetangga kita Malaysia.
Inovasi, adalah kata
kunci yang harus di laksanakan oleh Rido dan siapa saja yang ingin bertahan di
era ini, karena jika tidak maka kita akan terus menjadi konsumen dan buruh dari
melejitnya pasar digital kita sendiri saat ini.
0 comments: